Peringati Hari Lahir Raden Dewi Sartika, Majelis Adat Gelar Saresehan
Peringati Hari Lahir Raden Dewi Sartika,
Majelis Adat Gelar Saresehan

Jurnal Bayangkara News, BANDUNG - Bertepatan dengan perayaan hari lahir Raden Dewi Sartika, pejuang kebangsaan dari Tanah Pasundan, Majelis Adat Sumedang Larang dan Majelis Adat Gagang Cikundul berinisiatif untuk menggelar sarasehan bertajuk Pemetaan Potensi Keragaman dan Kekayaan Budaya Pasundan dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
Penanggung
Jawab Penyelenggara Sarasehan sekaligus ketua umum Srikandi Pasundan Ngahiji,
Susane Febriyati Soeriakartalegawa, mengatakan sarasehan ini bertolak dari
kegelisahan atas semakin tergerusnya budaya lokal oleh globalisasi kebudayaan
moderen yang melemahkan identitas bangsa Indonesia. Kesadaran untuk memetakan
ulang kondisi warisan sejarah, peninggalan, tradisi, seni, dan budaya, sangat
diperlukan.
"Dengan
demikian, teknologi informasi yang semakin meluas tidak serta merta
menghancurkan dan memusnahkan nilai-nilai kearifan lokal yang sudah ada sejak
zaman dahulu di Tanah Pasundan," kata Susane.
Kehilangan
tradisi, seni, peninggalan dan adat istiadat yang diwariskan oleh leluhur,
termasuk di Tanah Pasundan, katanya, akan membuat kegamangan bagi generasi muda
bangsa. Pada perkembangan peradaban memang pasti akan terjadi adaptasi atau
adopsi tradisi lama dengan perkembangan teknologi.
"Namun,
sangat disadari bahwa terjadinya penghilangan dan penolakan nilai-nilai luhur
yang sudah ada akan menjadi bencana budaya karena identitas suatu bangsa
menjadi tidak lagi dikenal dan dihormati," ucapnya.
Majelis
Adat Gagang Cikundul dan Majelis Adat Sumedang Larang pun merasa perlu untuk
mendukung inisiatif pelestarian dan penghormatan tradisi yang ditinjau dari
persepektif kaum perempuan di Jawa Barat. Untuk itu, katanya, sangatlah penting
untuk mengajak para pemikir, penggerak, dan penggiat seni budaya, untuk
bersama-sama dengan kaum perempuan di Jawa Barat yang diwakili Srikandi
Pasundan Ngahiji.
Kegiatan
ini bertujuan untuk membangun jembatan dialog antar kelompok masyarakat atau
komunitas adat yang beragam di Tanah Pasundan dalam menjaga, menghormati,
merawat dan mendukung upaya penguatan tradisi yang beragam di Jawa Barat.
Sarasehan
ini yang dihadiri oleh berbagai kalangan secara beragam akan menjadi ruang
dialog yang konstruktif dalam pengembangan strategi kebudayaan daerah Jawa
Barat sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Strategi Kebudayaan
Nasional.
"Kami
memahami bahwa perbedaan adat, tradisi, keyakinan, kebiasaan, dan peninggalan
akan menemukan strategi yang jitu dalam pengembangan ke depan agar tidak
terjadi kegamangan. Sarasehan sengaja dirancang dengan prinsip inklusif,
menghargai, menghormati dan saling percaya di antara para pemerhati, penggiat
dan pemikir budaya Pasundan demi memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa," tutur Susane.
Kegiatan
ini didukung oleh Srikandi Pasundan Ngahiji dan Yayasan Catur Pilar Nusantara
sebagai pelaksana kegiatan, juga mendapat didukung penuh dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan, Pemerintah
Provinsi Jawa Barat, serta Pemerintah Derah Kabupaten Sumedang.
Kegiatan
ini dihadiri oleh perwakilan lintas kementerian, yaitu Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, Kementrian Pertahanan, dan Kementrian Pariwisata.
Sarasehan
ini telah diawali dengan kegiatan pengukuhan Pengurus Srikandi Pasundan Ngahiji
di tingkat Provinsi sebagai payung dari berbagai Perkumpulan Srikandi Pasundan
Ngahiji yang telah terbentuk di tingkat kabupaten/kota di Jawa Barat.
Pembentukan
Perkumpulan Srikandi pasundan Ngahiji di tingkat Provinsi sangat penting untuk
membuktikan kepedulian dan perhatian yang besar dari kaum perempuan di Jawa
Barat terhadap perkembangan dan pelestarian adat Istiadat Pasundan.
Sarasehan
ini dihadiri oleh tamu undangan dari berbagai kalangan yang ikut aktif untuk
memperkaya masukan dan gagasan pengembangan Strategi Kebudayaan Daerah.
Pelaksanaan sarasehan ini juga dilaksanakan terkait dengan pelaksanaan Kongres
Kebudayaan Indonesia 2018 yang pada tanggal 5 Desember 2018 dibuka secara resmi
di Jakarta.
"Kami
berharap bahwa hasil dari sarasehan ini akan dapat dimanfaatkan oleh pihak
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan juga Pemerintah Daerah Sumedang dan Cianjur
serta menjadi usulan masukan bagi Kongres Kebudayaan yang akan dilaksanakan di
Jakarta," katanya.
Pokok-pokok
bahasan dalam diskusi kelompok di sarasehan ini di antaranya,
Kelompok
1: Adat dan Warisan Sejarah
• Langkah Strategis menjamin
pelestarian tradisi dan Adat Pasundan dalam perubahan peradaban milenial
• Penguatan Adat, tradisi dan budaya
Pasundan yang relevan dengan pembangunan generasi muda bangsa
• Upaya pemulihan dan
penghormatan tradisi , kegiatan seni dan peninggalan leluhur di
tanah Pasundan yang nyaris punah.
Kelompok
2: Fungsi Nilai Tradisi dalam Kemanusiaan dan Lingkungan Ketahanan
Nasional
• Langkah strategis penguatan Nilai
tradisi dalam penghormatan Nilai Kemanusiaan dan Ketahanan nasional
• Peran Nilai tradisi dalam peningkatan
saling pengertian dalam keragaman budaya dan faham politik
• Peran-peran Nilai tradisi dalam
mitigasi bencana sosial akibat konflik sosial/agama/ etnis
• Nilai Tradisi Pasundan dalam menjaga
ketentraman dan perdamaian di masyarakat akar rumput.
Kelompok
3: Desa Adat dan Desa Wisata dalam Pembangunan Bangsa
• Langkah strategis pengembangan Desa
Adat dalam upaya menguatkan institusi kewargaan
• Peran-peran Desa Adat sebagai
ruang belajar dan pewarisan tradisi lintas generasi
• Pelestarian dan transformasi Desa
Adat dalam perubahan teknologi informasi
Kelompok
4: Hukum Adat dan Hukum Nasional
• Langkah Strategis pengakuan hukum
adat dalam penyelesaian konflik warga atau keluarga dalam lingkungan komunitas
adat
• Macam hukum atau aturan adat Pasundan
yang dapat diadopsi dalam penyelesaian konflik pertanahan dan hak atas tanah
ulayat
• Landasan Hukum adat Pasundan dalam
pemanfaatan budi daya untuk kesejahteraan komunitas atas tanah negara
Kelompok
5: Masyarakat Adat dan Ekonomi Kerakyatan
• Identifikasi potensi ekonomi
dalam tradisi dan kesenian Pasudan di berbagai lokasi Desa Adat
• Pengembangan potensi festival
dan perayaan tradisional dalam peningkatan wisata Jawa Barat
• Pengembangan dan perluasan
jaringan eko wisata tradisional berbasis inisiatif masyarakat Adat
• Identifikasi kegiatan masyarakat adat
yang berpotensi dalam kalender kegiatan wisata budaya secara nasional
(Sumber :Susane
febriyati soeriakartalegawa, SH / Ketua
umum Srikandi Pasundan Ngahiji)......(FPII-JBN)
Komentar
Posting Komentar